Cerpen "Belum Berjudul"

Gara-gara mati listrik tadi, iseng aku nulis... Ini dia hasilnya.. Hehehe..
Pintu kamar berderit. Seketika itu aku terbangun dari tidur. Seseorang masuk ke kamarku dan berjalan menyebrang ke jendela. Menyibak tirai kemudian membuka jendela. Aku yang masih belum sepenuhnya hidup bisa merasakan kesejukan udara pagi itu. Tapi lama-kelamaan terasa sangat dingin sehinga membuatku semakin menenggelamkan tubuh di balik selimut tebal. Namun, tiba-tiba seseorang tadi menyeret selimutku.

“Selamat ulang tahun..!” seru seseorang itu. Tidak ada respon yang berarti dariku. Malah aku rebut kembali selimut garis-garis-warna-biruku. Tidur.

“Lah, kok malah tidur lagi??!” herannya, kemudian ia mengguncang-guncangkan badanku,”Heei! Ramadhan Ferdiansyah, banguuun!!”

“Hoaaamm.. Apa sih, Bu..?” tanyaku dengan tidak tertarik. Kalau tidak direspon malah panjang urusannya. Bisa-bisa seminar seharian penuh tentang ‘Bangun Pagi itu Penting’ dengan narasumber utama ibu dan narasumber pelengkap ayah, akan diadakan lagi untuk yang kesekian kalinya.

“Udah di kasih selamat kok malah tidur lagi. Bilang terima kasih aja nggak,” jelas seseorang yang setelah aku sadar ternyata Ibu.

“Oh.. Makasih ya Ibuku yang cuantek,” kataku datar sedatar suara Ayin-teman sekolahku-jika sedang menyanyi. Ibu tersenyum kemudian menggandeng tanganku untuk turun dari tempat tidur. Tanganku terus ditariknya sampai ruang makan di lantai bawah.

“Tadaaaa!” seru Ibu. Sebuah kue tart warna-warni lengkap dengan hiasan norak bin jijay patung Dora the Explore dan teman-temannya tergeletak di atas meja makan. “Gimana? Bagus kan? Ini enak lo!” Tepat di dekat kue, Abe-kakak laki-lakiku-duduk dengan sesungging senyum menghinaku. Kemudian dia melihat kearah kue dan membetulkan letaknya. Kuperhatikan, ada yang janggal. Ada noda coklat di dekat mulutnya. Haha! Aku tau!

“Eerr.. I..i..iya, bagus banget. Tapi kayaknya lebih bagus kalo hiasannya dikurangi sedikit, Bu,” ujarku dengan mempraktekkan kata ‘sedikit’. Abe masih nyengir kayak kebo di sawah.

“Hmmm.. iya juga ya,” timpal Ibu seraya memegang dagunya, berpikir, “Lebih bagus kalo hiasannya yang kayak taun kemaren. Patung Teletubbies. Unyu banget deh..”

Gubraaak! Sama noraknya kaleee! Hah? Unyu?? Waduh.. kebanyakan main Twitter nih si Ibu.

Abe menahan tawanya hingga wajahnya berubah merah.

“Oke, masuk ke acara tiup lilin. Mmm.. tapi, Papi mana?” tanya ibu sambil celingak-celinguk.

“Oh, lagi keliling-keliling naik sepeda sama Pak Mujab, Pak Rosyid, Pak Habibi, satunya siapa ya? Lupa..” jawab Abe.

“Yah.. Yaudah deh, kalo gitu kamu nganter kue-kue yang ada di atas meja tamu ke bu Fauzi ya,” suruh Ibu padaku.

Walaupun ulang tahun, tetap saja disuruh-suruh. Tiada hari tanpa mengantar kue.”Loh! Aku kan ulang tahun, masa’ tetep disuruh nagnter kue. Ada kompensasi sedikit kek. Abe aja tuh!” protesku.

“Abangmu nggak tau rumahnya bu Fauzi. Daripada ntar kuenya dianter ke perut. Mendingan kamu yang nganter. Kamu kan tau.”

“Gak tau apanya! Kemaren malem aja baru ke rumahnya Riana. Riana kan anak bu Fauzi!” sanggahku berharap tidak disuruh melakukan kegiatan rutin setidaknya dua kali sehari.

“Udah deh, kamu aja. Nambah pahala di hari ulang tahun. Banyak lo pahalanya. Ntar Ibu kasih permen satu bungkus deh,” nasihat ibu sekenanya. Ohmaigat emaaaak! Emangnya aku anak-anak pake dirayu begituan.Oke. Rupanya aku tidak pandai membuat alasan.

“Tunggu, tunggu...” Aku mendekat ke kue dan melihat ke arah kue sisi depan Abe,”Bu, ini kok coklatnya gak rata?”

“Ha? Mana? Mana? Tadi rata kok”

“Mmm.. KAYAKNYA ADA YANG CICIP-CICIP DEH!” seruku. Abe yang berniat pergi aku pegang tangannya. Ia pun kembali terduduk.

“Hoo.. kok bisa ya?” heran ibu.

“Ya bisa lah, Bu. Yang nyicipi aja ada di depan kue,” Kucolek noda coklat di sekitar mulut Abe dan kutunjukkan pada ibu, “Nih buktinya.” Dan seminar tentang ‘Jangan Makan Makanan Orang Lain’ selama sehari penuh pun digelar dengan narasumber utama ibu. Girang, aku meninggalkan ruangan seminar.

Dengan sepeda yang keranjang belakangmya berisi 3 kotak kue, aku menuju rumah bu Fauzi. Kira-kira 2 km. O iya, Ibuku punya toko kue. Lili’s Oven. Jika ada yang pesan dan minta diantar, selama tidak lebih dari 10 km, maka yang mengantar harus naik sepeda. Karena ibu adalah salah satu aktivis Go-Green ditingkat RT. Dan sepeda adalah kendaraan ramah lingkungan. Jika lebih dari 10 km, harus menggunakan sepeda elektrik. Selain alasan itu, ibu juga bilang supaya toko ini punya ciri khas.

Sampai di depan rumah bu Fauzi, aku langsung memencet bel. Satu kali, tidak ada yang keluar. Dua kali, sama saja. Tiga kali, nihil. Haah! Pada belum bangun apa ni orang serumah??Keempat, hanya suara jangkrik kesiangan yang kudengar. Seorang mbak-mbak berpakaian mencolok lewat dan bertanya padaku,”Nyari siapa, Mas?”

“Nyari yang punya rumah lah, Mbak. Masa’ nyari peliharaannya. Huehe.”

“Oh, kirain. Yang punya rumah baru meninggal 3 hari yang lalu. Kalo peliharaannya sih masih ada. Sekarang diambil sama Mbah Kriwul. Rumahnya di belakang kebon pisang,” jelasnya santai. Ia melihat kearah keranjang sepeda lalu berkata, “Hmm.. itu kue ya? Wah, sekarang makanan peliharaanya udah ganti ya. Naik pangkat. Hebat banget Mbah Kriwul bisa beli kue-kue mahal kayak gitu. Padahal kan dulu maka...”

”Udah.. udah Mbak. Cukup dongengnya,” Aku potong cerocosan si Mbak-mbak-berbaju-mencolok.”Err, ngomong-ngomong peliharaannya yang mbak ceritain itu apa? Kucing ya?”

Si Mbak-mbak-berbaju-mencolok menggeleng.

“Oh, pasti Anjing.”

Geleng.

“Hmm.. Ayam?”

Geleng.

“Monyet!” sebutku seraya mengacungkan jari pada si Mbak.

Leng geleng geleng geleng geleng geleng geleng!

“TUYUL!” serunya tanpa menyadari seluruh dosa-dosa yang telah ia perbuat. Aku langsung mohon permisi.

Rumah bu Fauzi ternyata berjarak dua rumah dari rumah horor tadi. Aku benar-benar lupa. Padahal seminggu yang lalu baru saja mengantar Blackforest ke rumah yang juga rumah Riana-adik kelasku-ini.

TONG TING! TONG TING!

Bel rumahnya unik. Bunyinya terbalik dari yang biasanya. Sesosok tinggi semampai berbulu kaki muncul dari balik pintu kayu jati. Berjalan perlahan-lahan dengan tegap gemulai mendekatiku. Rambutnya melambai-lambai tertiup angin. Tersenyum ikhlas dengan gigi berhias sebuah biji cabai yang terselip diantaranya. Ups! Sepertinya di rumah ini bukan hanya bunyi belnya yang terbalik. Penghuninya pun terbalik. Aku bingung, sosok satu ini nyata ataukah penampakan semata. Dibukanya pagar. Tapi tiba-tiba sosok lain muncul dari balik pintu kayu jati. Gadis berambut sebahu. Setengah berteriak pada makhluk ciptaan Tuhan yang tadi. “Siapa, Cha?”

“Nggak tau, Non. Tapi cakep loh,” ujar makhluk itu. Aku merinding dangdut mendengar pujian tadi. Aku memang sering dipuji, tapi belum pernah sekali pun merasa seperti dicium jerapah Alaska setelah dipuji. Ah, jangan-jangan ini makhluk peliharaan keluarganya bu Fauzi. Ini kompleks perumahan apa sih?? Perumahan Hantu Permai kali ya.

Si Gadis berjinjit-jinjit melihat kearahku. “Cha. Udah, kamu masuk aja. Biar aku yang ngadepin.” Hah?? Ngadepin?? Seketika aku teringat film-film mandarin yang sering diputar di stasiun TV swasta.

“Eh, Kak Rama. Mau ngapain? Kan masih pagi banget. Masa’ mau ngapel sekarang sih? Malem minggu kan masih 12 jam lagi. Masuk dulu yuk!” cerocos kilat gadis bernama Riana tanpa memberiku kesempatan menggerakkan bibir sedikitpun. Tanganku ditariknya.

“Eh, bukan. Aku mau nganter kue pesenan mamamu,” kataku klarifikasi.

“Ups!” Riana melepaskan tanganku. “Bilang dong dari tadi. Kan aku jadi nggak malu gini.”

Terserah apa kata lo. Setelah transaksi kue selesai Riana berceletuk, “Ntar malem ke sini lagi ya. Jam 7 malem. Jangan lupa lo! Awas kalo lupa!” Kemudian ia menutup pagar dan berlari ke dalam rumah sambil ber-‘haha hihi’ ria. Dari luar, aku mendengar suara samar-samar berbunyi “Yes! Yes! Yeeeesss!! Ufi! Lo harus traktir gue es krim se-kulkas!! Gyaaahahahaaaa!”

Wah, bener-bener Perumahan Hantu Permai nih kompleks.Roda sepeda-keranjang-belakang bergulir kembali ke rumah.

Bersambung...


IC 2011 Software Designer First Round : 165 days 07 hours 27 minutes left

2 komentar:

Anonim mengatakan...

opo iki..cerpen ko separo2...

DitDot mengatakan...

tunggu aja lanjutannya.. okai! okai!
belom mood nulis... hwehehehehehe...